DUNIAHORROR - Selamat datang, selamat membaca, tidak banyak basa basi, langsung saja kita mulai kengeriannya.
Cerita ini terjadi ditahun 70an, narasumber bercerita langsung kepada penulis secara face to face, jadi semoga kalian bisa ikut merasakan dan masuk kedalam ceritanya.“Jadi gimana om awal mulanya, ko bisa sampe kejadian kaya gitu” tanya ku
“Okee om ceritakan dengan jelas dari awal” jawab om toni (bukan nama asli) sambil menyesap rokok kreteknyaKepulan asap rokok dan aroma kopi hitam menemani malam kamiTahun 70an,Saat itu umur om toni masih 10 tahun, dan masih duduk disekolah dasar dia tinggal di kabupaten daerah jawa barat, dan daerah tempat tinggalnya dulu belum ada aliran listrik, kehidupannya sederhana
Sama seperti daerah2 lainnya pada masa itu, kebanyakan warga masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak, sumur timba untuk kebutuhan air dan lampu minyak untuk penerangan dimalam hari.“Toni geura ngala suluh,ieu tinggal saeutik paparantieun” (toni, kamu nyari kayu bakar,ini persediaan tinggal sedikit) ujar ibu nya
“Muhun mak ieu ge bade” (iya mak, ini juga mau) balas toni ,Toni sudah biasa mencari kayu bakar ke hutan, sendirian dia pergi hanya berbekal golok dan tali, jarak dari rumahnya kehutan tidak terlalu jauh hanya dibutuhkan 10menit jalan kaki, tonipun sudah sampai dan mulai mencari batang2 kayu.
Singkat cerita , seperti itulah kegiatan toni dikesehariannya diluar kegiatan sekolah, dia sering pergi memancing ikan dan belut ataupun berburu burung liar untuk tambahan lauk makan sehari2 Dan sampailah dihari itu, hari dimana toni tidak akan bisa melupakannya sampai kapanpunToni pergi kerumah temannya Cecep untuk mengajaknya pergi berburu kelinci ke hutan, kebetulan saat itu hari libur jadi mereka bisa seharian pergi berburu“Ton urang mawa beasnya, ke bisi lapar wang ngaliwet di leweng, sakalian ada ieuge mawa kastrol leutik”
(Ton aku bawa beras ya, takutnya nanti lapar di hutan, sekalian aku juga bawa panci kecil untuk masak nasinya)
Ujar cecep kepada toni“Enyasok mawa we, urng ge ieu mekel abon jeng cau jeng ke diditu”
(Iya bawa aja, aku juga ini bawa abon sama pisang buat kita makan disana)Mereka pun berangkat pergi ke hutan setelah meminta izin kepada orangtuanya. Dengan segala perbekalan yang mereka bawa untuk berburu.Pagi yang cerah dengan kicauan burung dan henbusan angin segar menemani langkah mereka yang bertelanjang kaki pergi kehutan.Perkebunan, pesawahan, kolam2 ikan yang sejuk dan asri mereka lalui, aliran2 sungai yang jernih dengan suara air dan jeramnya menjadi hal yang biasa mereka lewati setiap hari.
Setelah kurang lebih 15 menit berjalan, mereka memasuki area hutan, disambut dengan pohon2 besar yang tinggi menjulang, pagi yang cerah pun menjadi redup cahayanya saat toni dan cecep memasuki area perhutanan,Suara2 burung liar dan sesekali suara monyet terdengar saling bersahutan, mereka sudah terbiasa dengan hal itu, walaupun masih kecil tapi mereka sudah sering bepergian jauh apalagi hutan yang mereka masuki saat ini adalah hutan favorit mereka untuk berburu
“Cep, beulah dieumah jigana geus jarang kelencina geus loba nu moro,urng nyobaan ka leweng nu beulah luhur arek?”
(Cep, sebelah sini kayanya udah jarang kelincinya udah banyak yang nangkap, kita cobain ke hutan sebelah utara gimana?)
Tanya toni“Cobaan we heula didieu mun eweh wae karak kaditu”
(Cobain aja dulu disini kalo gaada baru kita kesana)
Jawab cecepToni pun meng iya kan jawaban cecep, mereka mulai mencari hewan buruan mereka yaitu kelinci. Tapi jika ada burung dan ayam hutan biasanya mereka juga memburu hewan2 itu, tapi hari ini mereka fokus berburu kelinci.
Waktu berlalu, sekitar dua jam mereka mencari tapi tidak membuahkan hasil, beberapa jebakan yang mereka pasang pun tidak mendapatkan hewan buruan.“Cep hayu ahh urng pindah kaluhur didieumah ewehan cek urang ge”
(Cep ayo ahh kita pindah ke utara disinimah gaada kata aku juga)
Ujar toni“Heeh ton bener hayu ahh, ngan sieun kaluhurmah can apal jalan kaditu kadieuna”
(Iya ton bener ayo ahh, tapi kalo ke utara kita belum tau jalannya bener-bener) balas cecep“Lahhh paling ge nyasab , kalem we”
(Lahh paling juga tersesat, santai aja)
Jawab toni sedikit terkekeh“Anyis ulah sompral ahh dileweng mahh”
(Anyiss jangan sembarangan ahh kalo bicara dihutan)
Ujar Cecep
Singkat cerita mereka pun pergi ke utara dengan harapan banyak kelinci disana Sekitar pukul 11, matahari bersinar terang namun sinarnya tidak bisa menembus lebatnya pepohonan hutan utara, rumput2 liar, pohon2 pakis tumbuh begitu lebatnya, hutan ini jarang dijamah, beda dengan hutan sebelumnya yang sudah banyak orang memasukinya Suara hewan pun tidak seramai hutan sebelumnya, disini lebih senyap, hanya terdengar kicauan burung dan kera sesekali“Anyis hieum kieu euy sieun aya oray”
(Anyiss rimbun gini , takut ada ular)
Ujar cecep
“Lahh oray mah kadek we atuh kan mawa bedog lin”
(Lah ular mah pukul aja, bawa golok kan?)
Jawab toni“Heeh mun kaciri, mun katincakmah kaburu macok”
(Iya kalo keliatan, kalo ke injek keburu gigit lahh) balas cecep Tiba-tiba toni menghentikan langkahnya,menajamkan pandangannya pada rerumputan dihadapannya, seketika itu pula cecep mengerti kalau toni melihat sesuatu, cecep pun ikut memerhatikan“Aya naon ton? Kelenci lain?”
(Ada apa ton? Kelinci bukan?)
Tanya cecep
“Heeh jiganamah bieu kaciri aya nu luncat kabeulah ditu, wang teang lalaonan”
(Iya kayanya tadi keliatan loncat sebelahsana, kita cari pelan2)
Ujar toni
Mereka berdua berjalan menghampiri tempat terlihatnya kelinci tadi, berjalan pelan berusaha untuk tidak membuat suara bising.Toni melihat kesana kemari mencari pergerakan diantara semak2 dan batang pohon, begitu juga cecep sudah siap dengan tongkatnya.“Ton urng kadieu maneh kabeulah ditu”
(Ton aku kesebelah sini, kamu kesebelah sana)
Ujar cecep, toni mengangguk sudah mengerti dengan strategi mereka saat berburu“Ceppp beulah dieu!”
(Cepp sebelah sini!) teriak toni yang melihat kelinci berloncatan dihadapannya, ada sekitar 3 kelinci disana. Dengan secepat kilat cecep menghampiri toni dan mengejar kelinci2 itu“Nyaa loba ceuk urang ge!”
(Kann banyak kata aku juga!) ujar toni kegirangan melihat kelinci yang sedang dia kejar, namun secepat kilat juga kelinci2 itu berlarian, tapi ada satu yang tidak lepas dari pandangan toni dan masuk kesarangnya
Segera toni menutup lubang dari sarang kelinci itu dengan jaring yang bisa dia gunakan.
“cepp,dieuu bantuan!”
(Cepp sini bantuin!) ujar toni sambil memegangi jaringSekali lagi toni memanggil cecep namun tidak ada jawaban.
“Anjir si cecep kamana cenah lain bantuan”
(Anjir si cecep kemana sih bukannya bantuin)
Ucap toni ketus, sambil memasang jaring disarang kelinci itu Berkali kali toni memanggil cecep tapi tetap tidak ada jawaban juga. Merasa curiga dan mulai khawatir, toni mulai mencari cecep , menengok kesekitarnya, dan saat itulah toni baru sadar bahwa dia sudah masuk jauh kedalam hutan Kegirangannya mengejar kelinci tadi membuatnya tidak sadar dia sudah berlari jauh masuk kedalam hutan utara itu. Semak2 dengan rumput liarnya, dan pohon2 rimbun seakan menyelimuti dan mulai menerkam toni dengan daun2 rimbun dan akar2 pohon yang menjuntai.
Toni mulai merasa ketakutan,takut kalau dia tersesat dihutan itu, tapi dia tetap tenang dan mencari keberadaan cecep.“Cepp! Ceppp!” Teriak toni berkali kali sambil berjalan kesekeliling, mengingat kembali jalan yang di lalui tadi.“Krosakkk” ada suara dari semak dihadapan toni jaraknya cukup jauh tapi masih bisa toni lihat semak itu memang bergerak gerak, segera toni menghampirinya, sambil memanggil manggil cecep“Ceppp! Ieu urng tonii! Dagoan!”
(Cepp! Ini aku toni! Tunggu disitu!) teriak toni walaupun dia tidak tau apakah itu toni atau bukan Toni mempercepat langkahnya menuju semak. Dan sesampainya disana, tidak ada apapun, hanya semak belukar saja, mungkin tadi hanya binatang pikir toni.Dan lagi, terdengar suara “krusuk” dari semak2 toni kembali menghampiri semak2 itu sambil memanggil manggil cecep, namun tetap tidak ada jawaban, dan saat menghampiri semak itu tidak ada apa2 disanaSeketika toni merasakan keanehan dan mulai ketakutan.
Wajar saja Toni hanyalah anak kecil umur 10 tahun, meskipun sering keluar masuk hutan, jika berada disituasi seperti ini dia takut juga Setelah sekitar 15 menit toni berjalan, mencari cecep dan berusaha untuk kembali ketempat dia memasuki hutan itu toni merasakan lelah dan haus.
Dia pun berhenti berjalan dan duduk bersandar disebuah pohon besar kemudian minum dan memakan pisang yang dia bawa“Haduhh cape, reureuh heula lahh sugan we si cecep aya kadieu”
(Haduh cape, istirahat dulu lahh kali aja cecep ada kesini) ujar toni sambil membuka tas dan mengambil pisang untuk dia makanPerutnya sedikit terganjal dengan memakan satu buah pisang dan meminum air, toni tidak segera beranjak untuk kembali berjalan, dia hanya duduk bersandar dipohon itu, beralaskan tas dipunggungnya dia menikmati setiap tarikan nafasnya, menikmati udara segarSampai tiba2 terdengar suara langkah kaki dari semak2 dibalik pohon tempat dia bersandar.
“Cecep!!!” Teriak toni saat itu, tapi aneh tidak ada jawaban, toni memanggilnya lagi dan tetap tidak ada jawabanSuara langkah itu semakin jelas dan semakin dekat menuju kearah toni, semak2pun bergoyang menandakan ada sesorang disan sedang menghampiri toni, tapi siapa itu toni tidak tahu, segera dia bersembunyi dibalik pohon sambil mengintip
Semak itupun bergoyang semakin kuat menandakan seseorang disana semakin dekat, toni bersiap mengintip, jantungnya berdetak kencang, dia tegang rasa takut mulai menyelimutinya, siang hari yang cerah pun serasa menjadi mencekam dan semakin gelapPohon2 rindang dan suara hembusan angin seakan menyelimuti toni saat itu, kesunyian menerkamnya, dia benar2 ketakutan, takut akan apa yang datang menuju tempat dia mengintip
Namun tiba2 saat sudah sangat dekat dan toni sudah mulai bisa melihatnya dibalik semak, sosok itu berhenti, terlihat dari semak yang berhenti bergoyang dan suara langkah yang menghilang seketikaKesunyian benar2 menyelimuti toni saat itu, dia diam terpaku ditempatnya berdiri, sesekali dia melihat kesekitar tapi pandangan dia arahkan kembali ke semak2 ituDan tiba-tiba “Waaaaaaaaa!!!” Toni berteriak kencang, saat dia merasakan ada yang menepuknya dari belakang, toni segera loncat dan berlari dari tempatnya berdiriBerlari tak tentu arah, tapi dia memberanikan diri untuk melihat kebelakang.
Dan langkahnya terhenti saat dia melihat sosok itu, sosok itu hitam,kurus dan sedang tertawa terbahak melihat toni yang ketakutanItu adalah cecep yang mengagetkan toni dari belakang.
“Anji** sia cecep, gobl** aing neangan tatadi sia kalah ngareuwaskeun”
(Anji** lu cecep, Gobl** gua nyari2 daritadi lu malah ngagetin gua)
Ujar toni kesal sambil mengelus dasanya“Haha maneh mah atuda ngudag kelenci teh teu tumpa tempo hayoh we lempeng jadi teu kaudag ku urang”
(Haha kamu sih ngejar kelincinya galiat kiri kanan, terus aja lari sampe saya gabisa ngejar) jelas cecep“Heeh pan bisi leungit, nyaho jukutna jarangkung kieu”
(Iyakan takutnya ga ke kejar, taukan rumputnya pada tinggi begini)
Balas toniSingkat cerita merekapun kembali melanjutkan perjalanannya, Toni kembali ke tempatnya tadi memasang jaring di sarang kelinci, dan benar saja sudah ada 2 kelinci yang terjebak di jaring itu Segera mereka menangkap dan mengikat kelinci itu.
“Alhamdulillah nya meunang dua lumayan”
(Alhamdulillah yah dapet dua lumayan) ujar cecep“Cep ayeunamah urng nyangu heula yu, hayang dahar”
(Cep sekarangmah kita masak nasi dulu yu ,lapar pengen makan) jelas toniCecep meng iya kan nya, dan mereka mencari sungai untuk mendapatkan air supaya bisa memasak nasi.
Beberapa menit mereka berjalan merekapun menemukan sungai kecil, aliranya tidak begitu deras dan kedalamannya pun hanya sebatas paha saja.Singkat cerita cecep yang membersihkan beras disungai, sedangkan toni, menyembelih dan membersihkan kelinci buruannya, dia sudah biasa melakukannya sendiriTidak terasa matahari mulai condong ke barat,cecep dan toni duduk menghadap perapian yang sedang membara menanak nasi dan membakar kelinci buruan mereka“Cep geus asak meren”
(Cep udah mateng kali) ujar toni.
Cecep pun mengecek nasinya, dan benar nasinya sudah matangmereka menikmati makanannya, nasi hangat dengan kelinci bakar, membuat perut mereka kenyang dan tenaga mereka kembali terisi.“Balik yu ahh kaburu burit”
(Pulang yu ahh keburu sore) ajak toni
“Enya hayu, kela meresan heula parabot”
(Iya ayo, bentar beresin dulu peralatan) jawab cecepSetelah siap, merekapun kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah. Menyusuri jalan yang mereka lalui sebelumnya, tidak ada jalan setapak atau petunjuk apapun, hanya mengandalkan jejak mereka sebelumnyaRanting2 yang patah dan rumput bekas injakan kaki merekalah yang menjadi satu2nya petunjuk saat itu, karena mereka benar2 tidak tahu jalan keluar dari dalam hutan itu Menyusuri sungai pun tidak mungkin karena medan yang terjal dan sulit dilalui, mereka hanya mengandalkan insting dan jejak mereka sebelumnya Rerumputan liar, pohon2 tinggi membuat toni dan cecep tenggelam didalamnya, badan mereka yang masih kecil, membuat mereka terkadang kesulitan saat berjalan diantara semak belukar yang tingginya melebihi merekaSaat sedang fokus berjalan, tiba2 toni menepuk cecep
“Cepp, aya jelema tuh tingali bapa2, udag yu wang bareng”
(Cep, ada orang tuh liat bapa2, kejar yu biar bisa bareng)
Ajak toni“Mana ahh eweh,teu kaciri”
(Mana ahh gaada, gakeliatan)
Jawab cecep
“Ehhh itu tuhh gewat kaburu katinggaleun”
(Ehh itu ituu, cepet keburu ketinggalan ujar toni sambil menarik tangan cecep dan mulai berlari menghampiri orang itu“Paa antosan!”
(Pak tunggu!) teriak toni
Sambil berlari menghampirinya diikuti cecep dibelakangNamun orang itu tetap berjalan, seolah tidak mendengar apapun,mungkin karena cukup jauh.Toni dan cecep berusaha mengejar orang itu, lelaki paruh baya dengan ikat kepala dan pakaian serba hitam berjalan semakin menjauh, kemudian hilang dibalik semak dan pepohonan dihutan ituToni dan cecep berhenti mengejarnya, karena mereka kehilangan jejak dan keberadaannya.“Anjir lumpat sakitu tarikna teu kaudag”
(Anjirr lari segitu kencengnya tetep ga ke kejar)
Ujar cecep kelelahan sambil mengusap keringat dikeningnya“Heeh atuda lumayan jauh, jaba hese ngudagna loba eurih”
(Iya lumayan jauh sih, terus susah ngejarnya banyak rumput liar)
Jawab toni yang kemudian duduk diatas akar pohon besar dan minum air untuk menghilangkan rasa hausnyaMereka berbagi air minum, perjalanan pulang yang tak kunjung usai, membuat cecep dan toni cemas, mereka benar2 tersesat dihutan itu, suara kicauan burung yang sesekali terdengar sejak tadi kini hilang ditelan sunyiHanya suara gesekan daun2 pohon rindang yang tertiup angin,mataharipun semakin condong ke barat,
cecep dan toni mencoba untuk terus berjalan ke arah selatan menjadikan matahari sebagai patokan arah anginMenit berganti jam, tidak terasa mungkin telah 2 jam mereka berjalan kaki, namun tetap tidak menemukan jalan keluar, cecep sudah sangat cemas bahwa dia tidak bisa pulang lagi ke rumahnya“Tonn kumaha ieu teu nepi2 ges lempang sabaraha jam, jaba ges sore kumaha mun kapeutingan?”
(Ton gimana ini ga nyampe2 udah jalan kaki berapa jam, terus udah sore gimana kalo kemaleman?)
Cecep menggerutu dengan wajah lesu“Kumaha deui da mun teu terus lempang mah,wang cicing heula atuh sakedengmah istirahat sarua urng ge cape”
(Gimana lagi kalo ga terus jalan kaki,kita istirahat dulu sebentar sama aku juga cape)
Balas cecepMerekapun beristirahat, berbagi air minum yang tinggal sedikit, perut mereka pun mulai merasa keroncongan, mungkin energi dari makan siang mereka sudah habis dipakai untuk berjalan kaki daritadiToni mengeluarkan bekal makanannya yaitu pisang, begitu juga cecep dia membawa ubi rebus, merekapun memakan bekal mereka untuk mengisi perut dan energi untuk kembali berjalan kaki Perjalanan berlanjut, namun lebih sulit karena langit mulai gelap, kabut pun mulai turun menyelimuti hutan,namun cecep dan toni masih bisa untuk melihat lingkungan sekitar walau jarak pandangnya terbatasMereka berdua meskipun merasa ketakutan, tetap berusaha untuk tenang dan terus berjalan menyusuri hutan itu, berharap didepan sudah bisa keluar dari sana“Cepp!! Aya obor! Hayu kaditu aya jelema!”
(Cepp!! Ada obir! Ayo kesana ada orang!)
Seru toni kepada cecep, yang kemudian mengejar nyala obor dihadapan merekaBadan mereka yang masih kecil dan pendek aga menyulitkan untuk tetap bisa melihat nyala obor itu, namun masih tetap dikejar karena hanya sesekali obor itu terhalang pohon2 besarMelihat dari pergerakannya obor itu mungkin dibawa oleh orang dewasa, cecep dan toni berpikir mungkin itu orang yang tadi siang mereka kejar“Kanggg antosann! Kangg antosan abi sasab!”
(Kang tunggu! Kangg tunggu saya tersesat!)
Teriak ToniDan kemudian nyala obor itu berhenti bergerak tapi tidak ada jawaban darisana, Toni dan cecep langsung mempercepat lari mereka menghampiri obor itu sambil terus berteriak memanggil manggil“Kang antosannn!”
(Kangg tunggu!)Saat jarak mungkin tinggal 30 meter lagi, tiba2 nyala obor itu menghilang, entah padam atau orangnya pergi mereka tidak tahu“Hah kamana eta jelema? Ujug2 leungit”
(Hah kemana orang itu? Tiba2 hilang)
Ujar cecep dengan nafas yang memeburu karena lelah berlari“Anjir heeh, bae hayu udag heula we kabeulah dinya bisi pareum meren oborna”
(Anjir iya, biarin ayo kita kejar aja kearah sana bisa jadi obornya mati) ajak toniMerekapun menuju kearah sana , tempat terakhir mereka melihat obor itu, tapi tidak ada siapapun disana.“Geus dua kali yeuh kawas kieu, tadi beurang teu kaudag ayeuna sarua”
(Udah dua kali nih kaya gini, tadi siang ga ke kejar sekarang sama ga ke kejar juga)
Ucap toni kesal“Heeh anjir sieun lain jelema we nu diudag teh”
(Iya anjir takutnya bukan manusia yang kita kejar)
Balas cecep“Nying ahh repeh ulah ngomong kitu keur nyasab kieumah”
(Nying ahh berisik ,jangan bicara gitu kalo lagi tersesat kata ginimah)
Jelas toni kesal pada perkataan cecep“Nya engges urang teruskeun we, maneh da make ngajak ka leuweng ieu”
(Ya udah kita lanjutin aja, kamu sih pake ngajak ke hutan ini)
Balas cecepToni pun mengiyakan perkataan cecep dia menyesal masuk ke hutan utara ini, karena memang hutan yang jarang dimasuki orang dan belum ada yang membuka jalan setapak disiniHutan menjadi semakin gelap saat itu, walaupun masih terlihat matahari belum benar2 tenggelam, cecep dan toni berinisiatif untuk membuat obor dari batang2 kayu yang mereka temukan disana Mereka membuat obor dari batang kayu yang tidak terlalu kering membelah ujungnya, kemudian menyisipkan serpihan2 kayu pinus yang mereka temukan disana, karena kayu ini memiliki getah yang mudah terbakar dan nyalanya cukup awetBerbekal golok dan pisau dengan mudah mereka membuat obor itu,
walaupun masih anak2 mereka sudah mahir membuatnya. obor tidak langsung dinyalakan karena saat itu masih cukup cahaya matahari untuk menerangi mereka berjalan disanaSingkat cerita, kegelapan pun menyelimuti hutan, matahari sudah benar2 tenggelam, suara binatang malam,mulai terdengar bersahutan, suara binatang lebih ramai dimalam hari dibandingan siang tadiMungkin banyak binatang malam yang hidup disini, cecep dan toni tetap waspada, mereka berharap warga desa mencari mereka ke hutan, karena sebelumnya mereka sudah pamit kepada orangtua nya untuk tidak pulang kemalaman
Hanya nyala obor yang mereka pegang yang menjadi penerangan saat itu, langkah kaki kecil dan pengelihatan mereka menjadi satu2nya harapan untuk bisa menemukan jalan keluarKeadaan semakin memburuk saat terasa rintik air hujan mulai turun membasahi. Gerimis saat itu, menjadikan suasana malam menjadi mencekam, suara binatang malam yang tadinya ramaipun hilang, sunyi senyap, hanya suara air hujan yang turun membasahi pepohonan.Cecep mulai mengeluh, ingin berhenti untuk berjalan, karena suhu dingin dan juga kegelapan yang begitu gelapnya.“Ton geus we didieu ngiuhan heula, cape urng”
(Ton udah kita disini neduh dulu, cape aku)
Ujar cecep“Ke dihareup we Cep kagok didieumah ngiuhanna,tangkalna kurang badag”
(Nanti di depan aja cep, tanggung kalo disini pohonnya kurang rimbun)
Balas toniMerekapun terus berjalan, dan tiba2 harapan yang mereka tunggu2 ada didepan mata. Saat menyingkap semak2 tinggi toni melihat ada sebuah rumah dengan nyala lampu minyak didepannya, saat itu juga toni memberitahu cecep yang berada dibelakangnya.“Cepp, aya imahh! Hayu geuwat!”
(Cepp, ada rumah! Ayo cepet!)
Seru toni sumringah“Alhamdulillah, heeh ton hayu wang kaditu!”
(Alhamdulillah, iya ton ayo kita kesana)Segera mereka menuju rumah itu, namun anehnya hanya ada satu rumah disana, tidak ada rumah lain lagi. Tapi itu tidak sempat terpikir oleh mereka, yang mereka pikirkan hanya ingin berteduh dan minta petunjuk jalan untuk pulang.Mereka sudah berada didepan rumah itu, rumah panggung dengan dinding bilik (anyaman bambu) dan didepannya terpasang lampu minyak. Tidak ada pagar atau apapun, jadi toni langsung mengetuk pintu rumah itu.“Puntenn!”
(Permisi!) ujar cecep, tidak ada jawaban, kembali cecep ngetuk pintu itu, diikuti toni mengucap salam. Beberapa kali mengetuk tetap tidak ada jawaban“Keur kaluar heula meren ton, wang tungguan we diuk na korsi, sakalian ngiuhan”
(Lagi keluar dulu kali ton, kita tunggu aja sambil duduk dikursi, sekalian neduh)
Jelas cecep“Enya wang tungguan we heula, ke ge aya”
(Iya kita tunggu aja dulu, nanti juga ada)
Balas toniMereka yakin pasti ada orang, karena ada lampu minyak yang menyala dan minyaknya masih terlihat penuhSekitar satu jam toni dan cecep duduk disana tapi tidak kunjung ada orang yang datang, cecep mengelilingi rumah itu, mengintip ngintip kebagian dalam rumah, tapi hanya kegelapan yang dia dapatkan,mungkin memang tidak ada orang didalamToni pun sama dia berjalan kesekitaran rumah tidak dilihatnya tanda2 keberadaan manusia, gerimis sudah mereda, suara hewan malam mulai terdengar kembali“Cepp dieu ulah jauh2 teuing bisi leungit deui maneh mah”
(Cep sini jangan jauh2 nanti ilang lagi kamu mah)
Ujar toni“Aya ge maneh nu leungitmah ninggalkeun”
(Ada juga kamu yang ilang, ninggalin)
Balas cecep“Urng kabeulah ditu heula yu nempoan, sugan aya jelemana beulah ditu”
(Kita ke sebelah sana dulu yu liat2, barangkali ada orangnya disana)
Ujar toni, karena dia melihat ada bekas jejak manusia disebelah sana.
Mereka berdua pun pergi kearah ituToni berjalan didepan, diikuti cecep dibelakangnya, berbekal kayu obor ditangan mereka masing2 “Aya eweh ton? Ulah jauh teuing ahh bisi poho jalan balik deui kaimahna”
(Ada ga ton? Jangan kejauhan ahh takutnya lupa jalan kembali kerumah itu)
Ujar cecep khawatir“Enya moal, hayang nempo kabeulah dinya”
(Iya engga, pengen liat kesebelah situ)
Balas toniMereka pun berjalan berkeliling disekitaran rumah itu, sekedar untuk memeriksa barangkali ada oranf atau rumah lainnyaNamun nihil , tidak ada rumah atau siapapun disana, akhirnya mereka kembali ke rumah itu dan hanya bisa duduk menunggu pemilik rumah itu, melihat kondisinya, rupanya rumah ini sudah cukup tua, dinding2 nya terlihat sudah banyak yang rapuhBegitu juga tiang
penyangganya, terbuat dari kayu yang sudah sangat tua.Tiba-tiba dari kejauhan terlihat cahaya obor berjalan mendekat ke arah toni dan cecep yang tengah duduk didepan rumah itu.“Cep tempo aya nu kadieu, jiganamah nu boga imah ieu”
(Cep liat ada yang kesini, kayanya yang punya rumah ini)
Seru toni kepada cecep sembari menggoyangkan pundaknyaCecep yang hendak terlelap pun kembali terjaga
“Mana? Ohh enyaa bener cik sugan bisa mantuan”
(Mana? Ohh iya bener semoga bisa bantuin kita)
Jawab cecepSosok itupun semakin mendekat dan telah berada didepan mereka, perawakannya sedang tidak terlalu tinggi dan tidak pendek untuk ukuran orang dewasa, jika dilihat dari wajahnya yang ditumbuhi janggut panjang beruban,kira2 bapak ini berumur 60 tahunanMengenakan ikat kepala, dan pakaian serba hitam, pakaiannya luhus mungkin karena terkena hujan dan perjalanan menyusuri hutan, dia memanggul kayu yang ternyata diujungnya tergantung beberapa kelinci dan juga ikanDengan obor yang masih menyala ditangan kirinya dia menatap toni dan cecep yang sudah berdiri di depannya bersiap untuk menjelaskan kenapa mereka ada disana“Kang, hapuntenna abi sareng rerencangan ngiring ngiuhan dibumi akang”
(Kang , mohon maaf saya bersama teman saya ikut berteduh dirumah akang)
Ucap toni kepada lelaki ituMelihat toni berkata seperti itu lelaki tua itupun menjawabnya, dengan raut wajah ramah
“Mangga ujang, ieu tos timarana wayah kieu naha aya didieu”
(Silahkan ujang, ini udah darimana sudah malam gini kenapa ada disini?)
Tanya lelaki itu,suaranya berat & serakToni dan cecep pun kemudian menjelaskan bahwa mereka berdua tersesat dihutan ini seharian dan tidak tau jalan pulang. Mendengar hal itu lelaki paruh baya itu pun mengajak cecep dan toni untuk beristirahat dulu didalam dirumahnya.
“Uluh karunya teuing ujang, matakna ulah nyanyahoanannya dileweung mah, tos we caralik heula dibumi abah, wang masak heula lauk jeng kelenci”(Aduh kasian anak2 ini, makanya jangan sotau kalo dihutan jangan sembarangan, udah sekarangmah istirahat aja dulu disini abah masakin dulu ikan sama kelinci) jelas lelaki itu sambil membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan cecep dan toni masuk“Hatur nuhun pisan abah, tapi teu nanaon ieuteh bah? Bilih ngaganggu abah”
(Terimakasih banyak abah, tapi gapapa initeh bah? Takutnya ganggu abah)
Balas Cecep“Nya henteu atuh ujang, sok lebet abah mah nyalira didieu tos lami, sok lebet ulah isin2 teu aya sasaha ieuh”
(Ya engga atuh ujang, silahkan masuk abah mah sendiri disini udah lama, silahkan masuk jangan malu2 gaada siapa2 ini) jelas lelaki itu“Dupi jenengan abah teh saha? Pami abimah toni ieu cecep”
(Maaf bah nama abah siapa? Kalo saya toni dan ini cecep)
Jelas toni“Sebat we Abah Obon jang”
(Sebut aja abah obon jang)
Jawab abah sambil kemudian mempersiapkan bahan masakan untuk makan malam merekaPencahayaan didalam rumah hanya sebuah lampu minyak temaram tapi mereka sudah terbiasa dengan hal itu.Suara binatang malam dan juga hembusan anginnya menemani mereka malam itu, disertai kepulan asap dari perapian yang sedang menanak nasi dan juga membakar ikan juga kelinci hasil buruan abahTidak ada yang aneh dari rumah itu, seperti rumah jaman dulu kebanyakan tidak ada hiasan atau apapun hanya benda2 untuk keperluan sehari hari,
seperti celurit,golok,tombak bahkan busur panah pun ada, mungkin peralatan untuk si abah berburuSingkat cerita makanpun sudah siap, abah menyajikannya ditengah rumah, mereka duduk bersila siap menyantap masakan yang sudah ada dihadapan mereka itu, harum sekali wanginya, membuat selera makan toni dan cecep menjadi tergugahMereka semuapun menyantap semua makanan yang sudah dihidangkan, cecep dan toni belum pernah merasakan makanan seenak ini, makanan yang mereka santap rasanya sangat berbeda.“Raos pisan bah ieu pasakan teh nembe ayeuna emam nikmat kieu”
(Enak banget bah ini masakannya, baru kali ini makan seenak ini)
Ujar toni sambil menyantap makanannyaTidak terasa makanan dihadapan merekapun habis, toni dan cecep merasa kekenyangan karena begitu enaknya makanan yang mereka santap,abah obon pun membereskan bekas makanan mereka , kemudian menggelar tikar dilantai ruangan itu“Sok jang rareureuh heula, tos we atuh barobo didieu nya tos wengi, enjing dianteurkeun ku abah uih mah”
(Sok jang pada istirahat dulu, udah aja pada tidur disini udah malem, besok diantar sama abah pulang mah)
Ujar abah obon kepada cecep dan toni“Muhun bah hatur nuhun, tapi pami tiasa mah anterkeun ayeuna kami teh, soalna bilih milarian warga kampung”
(Iya bah makasih banyak, tapi kalo bisa mah antarkan kami sekarang bah soalnya takut warga kampung nyari2 kami)
Balas cecep“Ayeunamah tos wengi ujang, poek bade uihna ge bilih sasab atau cilaka tos we didieunya barobona”
(Sekarangmahsudah malam ujang, gelap mau pulangnya juga takutnya tersesat atau celaka udah disini aja pada tidur)
Jelas abah obonSetelah berbincang tentang pulang atau tidak akhirnya, cecep dan toni pun bersedia bermalam disana bersama abah obon, karena melihat sikapnya yang baik dan ramah Cecep dan tonipun merebahkan tubuhnya diruangan itu mereka bersampingan, tapi abah obon tidak disana dia pergi ke depan rumah, kemudian bermain suling, alunan suara sulingnya memecah kesunyian malam.
Alunan suling itu sangat merdu namun sedikit menyeramkan dan juga sedikit aneh, karena biasanya orangtua cecep dan toni melarang mereka untuk bermain alat musik dimalam hari apalagi suling katanya pamali Cecep yang penasaran, mengintip abah obon yang sedang bermain suling dari celah2 dinding rumah, cecep lihat abah obon bermain sambil duduk bersila diatas kursi di halaman rumah itu, dia terlihat sangat menikmatinya Cecep pun berniat kembali ke tempat semula, namun sebelum bergerak pindah, cecep terkejut dan kembali mengintip,
dia melihat keanehan dan berusaha meyakinkan apa yang dilihat apakah benar atau tidakSaat itu cecep melihat bayangan yang dihasilkan dari cahaya lampu minyak hanyalah bayangan kursi saja sedangkan abah obon tidak ada siluet bayangannya disanaCecep terpaku melihat hal itu, detak jantungnya menjadi cepat dan kuat tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Segera dia memanggil toni“Ton, kadieu geuwat”
(Ton, sini cepat) bisik cecep. Toni yang sedang merebahkan tubuhnya menoleh ke arah cecep
“Naon atuh cep geus tunduh ahh hayang sare”
(Apa atuh cep udah ngantuk ahh pengen tidur)
Balas cecep“Geuwat maneh ihh kadieu tempo”
(Cepet kamu sini , sini liat ini)
Seru cecep serius, melihat respon cecep yang serius seperti itu, toni segera beranjak menghampirinya“Tempo toong ku maneh, si abah eweh kalangkangan”
(Coba liat sama kamu intip darisini, si abah gaada bayangannya)
Bisik cecep sambil mengarahkan toni ke sela2 dinding untuk mengintip“Ahh ngaco maneh mah emang si abah jurig kitu?”
(Ahh ngaco kamu, emang si abah hantu gitu)
Balas toniSetelah berdebat tentang hal itu secara bisik2 akhirnya toni mau mengintip kesana, dan benar saja ternyata apa yang dikatakan cecep itu nyata dan sedang toni perhatikan“Nying cep bener, kumaha atuh, tetempoan hungkul sugan”
(Nying cep bener, gimana dong? Salah liat kali kita?)
Ujar toniSaat mereka sedang berbincang seperti itu, tiba2 suara suling abah obon hilang, tidak terdengar suara apapun disana, sunyi senyapDan tiba2 tericum wangi bunga yang sangat menyengat, membuat bulu kuduk cecep dan toni berdiri, mereka diselimuti ketakutan, saat diintip lagi dari celah dinding, abah obon sudah tidak ada disanaCecep dan toni haya bisa diam, memutar pikiran bertanya tanya sebenarnya apa yang sedang terjadiTiba2 terdengar pintu belakang rumah terbuka, suara khas deritan pintu kayu tua menambah kengerian malam itu, cecep dan toni
memperhatikan siapa yang masukDan ternyata itu abah obon membawa air minum dengan asap yang masih mengepul dari air nya, minum hangat untuk merekaCecep dan toni terkesima melihat abah obon, antara ngeri dan segan mereka hanya bisa duduk bersila melihat abah obon menyajikan minuman itu untu mereka“Tah mangga ujang dileet mumpung haneut”
(Nah silahkan ujang, diminum selagi hangat) ujar abah obon“Muhun bah mangga”
(Iya bah terimakasih) ucap toni dengan suara gemetar, disaat itu juga cecep menepuk punggung toni memberi kode kepadanyaSaat itu mereka melihat bahwa abah obon memiliki bayangan saat terkena cahaya lampu minyak, cecep dan toni sedikit tenang mereka berpikir mungkin tadi hanya salah lihat saja“Bah ieu seungit naonnya? Meni nyegak”
(Bah ini wangi apa ya? Wangi nya kuat banget)
Tanya cecep kepada abah obon“Ohh ieu seungit kembang dipengker bumi jang, kembang kamuning”
(Ohh ini wangi bunga dibelakang rumah, itu bunga kemuning jang) jelas abah obon“Ohh kitu bah meni seungit pisan, sugan teh aya jurig pedah saur emak abimah pami kaambeu aya sengit kembang kamuning berarti aya jurig ngaliwat”(Ohh gitu bah wangi banget ya bah, kirain ada hantu, karena kata emak saya katanya kalo kecium bunga kemuning berarti ada hantu yang lewat)
Jelas cecep“Alahh bohong etamah ujang”
(Alah bohong itumah ujang)
Jawab abah obonSingkat cerita merekapun menikmati minuman hangat itu, berbincang tentang apapun yang terlintas dibenak mereka, sampai akhirnya cecep dan toni tidak bisa menahan kantuknya, mereka merebahkan diri dan terlelap dalam tidurnyaSuara binatang malam dan pepohonan yang tertiup angin menjadi teman mereka dalam tidur lelapnya.Dan tiba2 toni terbangun dari tidurnya, dia menengok kesebelahnya ternyata cecep sudah tidak ada disana, toni pun sontak terkejut mulai mencari temannya itu“Cep” ujar toni pelan sambil mencarinya, tapi kemudian terdengar suara dari belakang rumah, dari dapur tepatnya, suara itu seperti suara orang yang sedang makan, mengecap2 bibir dan terdengar pula suara kunyahannya“Saha eta nu ker didapur”
(Siapa itu yang sedang didapur)
Ujar toni sambil menuju kearah suara dengan langkah pelan dan tanpa suaraPerlahan dia mengintip dari pintu dapur,cahaya temaram dari lampu minyak, membuat toni bisa melihat bayangan orang itu sebelum dia bisa melihat orangnya, bayangannya seperti abah obon, terlihat dari bayangannya dia sedang memakan sesuatuMemegang makanan dengan kedua tangannya, kemudian menggigit dan menariknya untuk dimakan, seperti sedang memakan daging, mungkin itu daging kelinci sisa tadi pikir toniToni pun memberanikan diri untuk menghampirinya, dan memang benar itu aban obon, dia sedang asik makan, namun posisinya memunggungi toni yang saat itu menghampirinya“Bah nuju tuang? Nilangi cecep teu? Teu aya dilebet kamannya?”
(Bah lagi makan? Liat cecep ga? Gaada didalem kemana ya?)
Tanya toniNamun abah obon tetap asik menyantap makanannya, tidak menjawab pertanyaan toni menoleh pun tidak.Dan lagi toni bertanya
“Bahh, ningali cecep teu?”
(Bahh, liat cecep ga?) nadanya sedikit tinggi dan nyaringDan akhirnya abah obon yang sedang asik makan itu, berhenti mengunyah makanannya, menengok perlahan ke arah toni yang ada dibelakangnya saat ituSaat itu pula toni diam mematung seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat,toni lihat bola mata abah obon berwarna hitam sepenuhnya, mulutnya berlumuran darah dengan potongan daging yang masih dia gigit untuk dimakan Sungguh sosok yang sangat mengerikan,
suasana menjadi sunyi senyap, ketakutan seketika menyelimuti toni menerkamnya dalam sebuah situasi mencekam, jantungnya berdetak kencang seketika, apalagi saat dia lihat makanan yang dipegang oleh kedua tangan abah obonItu adalah cecep dengan leher terkoyak dan isi perut yang sudah berceceran keluar, toni tidak bisa bergerak sedikitpun seolah ada yang menahannya disana, ingin dia berlari tapi sulit untuk melangkahkan kakinyaKemudian abah obon yang ada dihadapannya itu menjatuhkan tubuh cecep yang sudah tidak bernyawa, dia bergerak maju kearah toni dan langsung loncat menerkam anak itu“Aaaaaaaaaaaaaa!!!!”
Teriakan toni memecah keheningan malam yang sunyi senyap ituPandangannya kosong, dia menatap lurus kedepan samar dia melihat atap rumah, tubuhnya terbaring dilantai rumah itu, dan anehnya tidak ada siapapun yang menerkamnya dia masih terbaring ditempat dia tidur tadiSegera toni menengok kearah samping dan cecep masih ada disana tertidur dengan pulasnya berselimut kain sarung, toni merasa lega ternyata yang baru saja terjadi hanyalah mimpiNamun saat itu juga toni mendengar suara yang sama seperti yang ada didalam mimpinya, suara orang yang sedang makan dari arah dapurToni merasakan keanehan saat itu, dia masih merasa ketakutan dari apa yang terjadi didalam mimpinya, segera dia membangunkan cecep, mengguncang tubuhnya yang tertidur pulas itu“Cepp,,hudang cep”
(Cep..bangun cep) bisik toni sambil mengguncang tubuh cecepCecep pun membuka matanya, segera toni memberi isyarat kepada cecep untuk tidak bersuara, dan menyuruhnya untuk mendengarkan suara yang terdengar dari arah dapur“Hayu wang tempo, naon eta”
(Ayo kita lihat, apa itu) bisik toni, cecep yang masih kebingungan dengan apa yang sedang terjadi menurut saja apa yang dikatakan toniMereka berdua pun menuju kesana, berjalan perlahan berusaha tidak menimbulkan suara, dan mengintip perlahan dari pintu dapurToni berusaha mencari bayangan di dinding dapur tapi nihil, tidak terlihat bayangan darisana,
akhirnya toni memberanikan diri melangkah lebih maju kedepan.Dan terlihat disana abah obon yang sedang makan, memunggungi toni dan cecep, persis seeperti apa yang toni lihat didalam mimpinya. Namun ada hal yang berbeda seperti yang ada dalam mimpi, toni baru sadar bahwa abah obon tidak memiliki bayanganPadahal sangat jelas kursi yang dudukinya terlihat bayangannya dilantai dapur itu, seketika toni memberi kode kepada cecep menunjukan telunjuknya ke arah bayangan kursi dilantai Cecep langsung mengerti dan seketika ketakutan menyelimuti mereka,
kejadian itu terjadi begitu cepatnya. Saat itu juga abah obon berhenti mengunyah, mulai bergerak tapi hanya kepalanya yang bergerak menengok kearah toni dan cecep dibelakangnyaDan yang mengerikan adalah kepalanya memutar 180 derajat ke belakang, bola matanya berwarna hitam sepenuhnya, bibirnya tersenyum lebar menyeringai dengan darah berlumuran dan bau busuk yang seketika itu tercium menyengat Cecep dan toni diam terpaku masih terkesima dengan apa yang mereka lihat, aliran darah mereka semakin cepat, detak jantung nya semakin kuat dan teriakan mereka berdua saat itu memecah heningnya malam ditengah hutan utaraSegera cecep dan toni berlarian keluar dari rumah itu, perbekalan mereka tertinggal disana dan tidak terpikir untuk membawanya,
yang mereka pikirkan hanya lari sekencang dan sekuat tenaga mereka pergi dari tempat mengerikan ituTerdengar suara tawa yang mengerikan dari dalam rumah, saat cecep dan toni berlarian keluar dari pintu depan rumah, tiba2 angin bertiup kencang, pepohonan bergoyang dan menghasilkan suara alam yang mengerikan dibarengi lolongan anjing hutan dari kejauhanCecep memberanikan diri untuk menengok kebelakang, menengok rumah itu dan apa yang dia lihat saat itu bukan lah rumah tapi sebuah pohon besar tua yang rindang dengan akar2 tua yang menjulur sampai ketanah“Lumpattt ceceppp montong luak lieuk”
(Lari cecep jangan tengok kemana mana)
Teriaak toniMereka pun terus berlari tak tentu arah ditengah gelapnya hutan, hanya cahaya bulan purnama lah yang menjadi sumber cahaya saat ituSudah merasa cukup jauh berlari mereka berhenti, karena merasa lelah dan cecep merasakan sakit ditelapak kakinya karena tergores benda2 tajam saat berlari“Anjirr cape kela cicing heula, nyeri suku urng”
(Anjirr cape bentar berenti dulu,sakit kaki aku)
Ujar cecep dengan nafas memburu karena lela berlari“Enya cep sarua urng ge cape, aing masih keneh teu percaya kajadian bieu”
(Iya cep sama aku juga cape, aku masih belum percaya apa yang barusan terjadi)
Balas toniMerekapun memutuskan bersembunyi disana dibawah akar pohon besar, karena takut akan bertemu lagi dengan sosok ituSekitar satu jam berlalu mereka masih tetap disana karena merasa tempat ini aman dan berharap ada warga kampung yang mencari merekaNamun tiba2 cecep merasakan tidak enak perut dan merasa mualDan akhirnya cecep memuntahkan isi perutnya, semua makanan yang sudah dia makan tadi keluar seluruhnya dan baunya sangat busuk, menusuk hidung mereka berdua, sontak cecep merasa lemas sekaligus kaget dengan muntahnya ituTidak pernah dia mengalami hal seperti itu, dan ternyata toni juga menyusul dengan muntah yang sama berbau busuk, keadaan gelap saat itu membuat mereka tidak dapat melihat muntahnya hanya bisa merasakan begitu banyak makanan yang mereka muntahkan“Anjirr teu ngeunah beteung, bau kieu utah teh, saumur umur karak ayeuna utah kawas kieu”
(Anjirr gaenak perutt, bau gini muntah nya, baru kali ini aku muntah kaya gini)
Ujar toni sambil menutup hidung dengan pakaiannyaBegitu juga cecep dia tidak banyak bicara hanya diam menutup hidung sambil sesekali mengusap ngusap perutnya, dan lagi dia muntahkan isi perutnyaToni teringat bahwa dia membawa korek,segera dia merogoh disaku celananya, menyalakan korek dan terlihatlah muntahan mereka itu, sangat menjijikan dan banyak terlihat bulu2 binatang mirip seperti bulu kucing dan ularMereka kebingungan melihat itu, rasanya mereka tidak pernah memakan hal seperti itu, tapi teringat dengan kejadian yang baru saja terjadi, mungkin apa yang mereka makan bersama abah obon bukanlah seperti kelihatannyaTidak tahan dengan bau muntah mereka, toni dan cecep beranjak pergi dari tempat itu, melangkahkan kaki2 kecil mereka menyusuri lebatnya hutan didalam kegelapan malam“Ton ulah lumpat heeh, aing nyeri sukuna”
(Ton jangan lari ya, kaki aku sakit)
Ujar cecep“Enya moal cep, urng ge leles bieu utah meni kitu”
(Iyaa engga cep, aku juga cape tadi muntah kaya gitu)Mereka berdua benar2 ingin segera pulang dan menemukan jalan keluar, rasa putus asa mulai menyelimuti tapi toni dan cecep tetap saling menyemangati satu sama lain untuk bisa pulang ke rumah dan percaya bahwa mereka akan selamatMenit berganti jam, entah pukul berapa itu yang jelas telah melewati tengah malam. Dan tiba2 toni mendengar suara jeram air“Cep kadenge teu?”
(Cep kedengeran ga?)
Tanya toni
“Enya ton kadenge aya susukan”
(Iya ton kedengeran, ada sungai)
Jawab cecepMereka menajamkan pendengarannya, berjalan menuju arah sumber suara, dan akhirnya mereka berada ditepi sungaiAliran air dimalam hari terlihat gemerlap oleh pantulan cahaya bulan, suara jeram dan bebatuan disungai menjadi pemandangan yang memberikan harapan kepada mereka untuk menemukan jalan pulangSegera cecep dan toni pergi ke tepi sungai, mengambil airnya untuk membersihkan mulut mereka dan juga meminumnya karena haus telah berjalan begitu jauhnya“Alhamdulillah manggih susukan, kumaha mun urng mapay sisi we, da pasti ujungna mah ka lembur”
(Alhamdulillah nemu sungai, gimana kalo kita susuri sungai ini, karena pasti ujungnya kita sampai dikampung)
Jelas cecepToni mengiyakan ajakan cecep dan mereka pun menyusuri tepi sungai, berjalan perlahan,meloncat dari batu kebatu,begitu sulit melaluinya dimalam yang gelap, kadang mereka terpeleset saat menginjak batu yang licin.“Cepp moal bener jalanna hese balik deui we ka leweung halan”
(Cepp gaakan bener jalannya sulit kita balik lagi aja masuk ke jalan hutan)
Seru toni“Enya hayu ton” balas cecepMereka pun berjalan kembali ke dalam hutan tapi tetap tidak jauh dari aliran sungai, berharap bisa mendapatkan jalan keluar darisana.Dan setelah perjalanan jauh yang mereka tempuh, merekapun mulai kehabisan tenaga untuk terus berjalan.Namun harapan yang meraka tunggu akhirnya ada dihadapan mata mereka, terlihat ada pemukiman penduduk, banyak rumah disana terlihat dari cahaya lampu minyak yang menyala didepan rumah2 itu,segera mereka berdua mempercepat langkahnyaSetelah mendekat ke pemukiman, mereka merasa asing dengan tempat itu, belum pernah sebelumnya mereka berdua memasuki pemukiman itu,
tapi itu tidak jadi masalah yang penting adalah mereka bisa mendapatkan pertolonganMereka berjalan memasuki gapura didepan pemukiman itu, berjalan memperhatikan rumah2 di kiri dan kanan mereka dan rupanya terlihat dari jendela rumahnya masih ada rumah yang penghuninya masih terjaga.Segera cecep dan toni mengetuk pintu rumah itu untuk meminta pertolongan.
“Assalammualaikum”
Ujar cecep sambil mengetuk pintu rumah ituDan tidak lama kemudian terdengar suara membuka kunci dari dalam kemudian pintupun terbuka.
“Bade ka saha ujang?? Wayah kieu?”
(Mau ketemu siapa ujang? Jam segini?)
Tanya orang itu, seorang wanita berusia sekitar 40tahunan membuka pintu rumahnyaMereka berdua menjelaskan bahwa mereka tersesat dihutan dan seterusnya sampai akhirnya bisa sampai kesana.
Dengan iba wanita itu mempersilahkan kedua anak itu masuk.Cecep dan tonipun masuk kedalam rumah itu.“Ibu hatur nuhun tos diharturanan linggih”
(Ibu terimakasih sudah dipersilahkan masuk)
Ujar toni“Mangga ujang sok reureuh heula,karunya aduh kabayang budak aralit keneh sasab dileuweung”
(Silahkan ujang, silahkan istirahat dulu kasian sekali kalian anak2 kecil tersesat didalam hutan)
Jawab wanita itu“Ke enjing ku tatanggi ibu dianterkeun uihnya, ayeunamah tos wengi jaba karunya pasti cape,bisi bade barobomah tuh dikamar teu aya nu nempatan”(Nanti besok sama tetangga ibu diantar pulangnya yah,kalo sekarang sudah malam kasian pasti cape, kao mau tidur tuh dikamar yang kosong) jelas wanita itu“Muhun ibu haturnuhun pisan,Alhamdulillah tiasa mendakan lembur palih dieu”
(Iya ibu terimakasih, Alhamdulillah bisa sampai ke kampung ini)
Balas cecepAkhirnya mereka pun masuk ke kamar yang ditunjukan oleh wanita itu.Cecep dan toni pun merebahkan tubuhnya diatas kasur kapuk yang tergelar dilantai, merentangkan tubuhnya yang sudah sangat lelah dan pegal berjalan sekian jauhnya.
Namun ada yang berbeda dengan rumah itu, saat pertama menginjakan kaki disana cecep dan toni mencium wangi bunga yang harum sekali,mungkin minyak wangi dari wanita itu, wanginya tidak menyengat tapi membuat mereka berdua betah menciumnyaRasa lelah dan kantuk akhirnya mengantarkan mereka berdua kedalam tidurnya dan terlelaplah mereka dalam tidur yang nyenyak setelah perjalanan panjang yang mengerikanDalam tidur lelapnya,
tiba2 toni merasa ada yang mengguncang guncang tubuhnya,membangunkannya dari tidur nyenyaknya itu dan saat membuka mata itu adalah mang asep tetangga rumahnya,sontak toni kaget, bagaimana bisa mang asep bisa berada disana“Tonii hudang heyy hudangg!”
(Toni bangun heyy bangunn) teriak mang asep sambil mengguncang tubuh kecil toni“Mang asep” seru toni, sambil kemudian bangun dan duduk, hal yang semakin membuat toni bingung adalah saat dia melihat ke sekeliling ternyata dia berada ditengah2 pekuburan dan dia sedang duduk diatas makam, begitu juga cecep yang sudah duduk disampingnyaDengan wajah kebingungan.
Singkat cerita mereka berdua akhirnya bisa pulang kerumah bersama mang asep.Sesampainya dikampung ternyata warga kampung sudah mencari mereka dari kemarin malam,namun tidak bisa menemukannya, hutan utarapun menjadi lokasi pencarian tapi warga tidak bisa menemukan mereka,hanya tas berisi perlengkapan mereka yang ditemukanAkhirnya cecep dan toni menjelaskan apa yang mereka alami kepada semuanya dan mereka tidak lagi2 sembarangan saat pergi kehutan apalagi ceroboh pergi ke tempat yang belum terjamah.“Tahh kituu jang”
(Nahh gitu jang) ujar om toni kepada saya sambil menyeruput kopi hitamnya.
0 Komentar:
Posting Komentar